KEKHALIFAHAN BANI ABBASIYAH
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang
Islam,
banyak orang hanya tahu dan menganggapnya sebuah agama, sama seperti
agama-agama lain, padahal Islam merupakan agama yang lain dari agama-agama
lain. Anggapan seperti itu salah satunya dikarenakan kurangnya pengetahuan
tentang sejarah Islam. Bagaimana Islam ada, tumbuh dan berkembang, bahkan
dengan pesatnya menyeluruh kesemua penjuru Dunia. Dan tidak bisa dipungkiri
bahwa Islam termasuk berandil besar dalam sejarah peradaban Manusia di dunia.
H.A.R. Gibb dalam bukunya Whitter Islam
mengungkapkan “ sesungguhnya Islam bukan hanya sekedar agama, Islam merupkan
sebuah peradaban yang sempurna”. Dan Dunia menempatkan Nabi Muhammad sallallahu ‘alaihi wasallam sebagai Rosulullah di peringkat tertinggi
dalam Sejarah Tokoh-tokoh paling berpengaruh di dunia.
Dalam
sejarah, peradaban Islam muncul, tumbuh dan berkembang dari bangsa Arab dan
Timur Tengah, diantaranya adalah Dinasti Bani Abasiyah (Khilafah Abbasiyah).
Yang didirikan oleh Abdullah Assafah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn
Abbas keturunan sayyidina Abbas (Paman Nabi). dalam periode ini Islam tumbuh
dan berkembang pesat, termasuk dalam pendidikan dan filsafat serta banyak
kemajuan dan kaberhasilan yang dicatat.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan
urian di atas, maka dapat diambil rumusan masalah dalam makalah ini, diantaranya:
1.
Eksistensi Khilafah Bani Abbasiyah
2.
Keberhasilan-keberhasilan Khilafah Bani Abbasiyah
3.
Identifikasi Peradaban Islam Khilafah Bani Abbasiyah.
1.3.
Tujuan Penulisan
Dengan rumusan masalah di atas, maka dalam penulisan
makalah ini tujuan yang hendak dicapai adalah:
1.
Mengetahui dan memahami tentang Eksistensi Khilafah Bani Abbasiyah.
2.
Mengetahui Keberhasilan-keberhasilan Khilafah Bani Abbasiyah.
3.
Mampu mengidentifikasi Peradaban Islam Khilafah Bani Abbasiyah.
4.
Mengetahui perjuangan Khilafah Bani Abbasiyah.
1.4.
Manfaat Penulisan
Kami berharap semoga makalah ini banyak memberi manfaat
bagi penulis bahkan pembaca. Dan diantara manfaat yang mungkin akan didapatkan
dari makalah ini adalah:
1.
Menambah wawasan baik penulis maupun pembaca, khususnya
tentang Khilafah Bani Abbasiyah.
2.
Mengetahui betapa besar perjuangan dan jasa Khilafah Bani
Abbasiyah.
3.
Memacu semangat juang dalam memajukan peradaban dan
kebudayaan Islam dengan disertai pengalaman dan pelajaran yang dapat diambil
dari Khilafah Abbasiyah.
BAB
II
PEMBAHASAN
1.1. Eksistensi
Khilafah Bani Abbasiyah
Bani
Abbas merupakan nama dari keturunan Sayyidina Abbas (paman Nabi). Dikatakan
Dinasti Abbasiyah karena para pendirinya dan pemimpinnya adalah keturunan dari
Sayyidina Abbas. Dinasti ini didirikan oleh Abdullah Assafah ibn Muhammad ibn
Ali ibn Abdullah ibn Abbas (paman Nabi).
Masa
kekuasaan Khilafah Bani
Abbasiyah berlangsung lama, yaitu dari 132 H. (750 M.) sampai 656 H. (1258 M.).
Selama kekuasaannya,
pola pemerintahan yang diterapkan dinasti
ini berbeda-beda, sesuai dengan perubahan politik, sosial dan budaya.
Diantaranya:
1.
Periode pengaruh
Persia pertama (132-232H.)
2.
Periode pengaruh
Turki pertama (232-334H.)
3.
Periode pengaruh
Persia kedua (334-447H.)
4.
Periode pengaruh
Turki kedua (447-590H.)
5.
Periode tanpa
pengaruh dari manapun (590-656H.)
Pada
periode pertama, pemerintahan mencapai masa keemasannya. Secara politis, para
Khalifah betul-betul tokoh yang kuat dan merupakan pusat kekuasaan politik
serta agama. Di sisi lain kemakmuran masyarakat mencapai tingkat tertinggi. Dan
Ilmu pengetahuan dan filsafat mulai berkembang.
Masa
pemerintahan Abul Abbas sendiri sangat singkat, yaitu dari tahun 750 M. sampai
754M. karena itu Pembina sebenarnya daulat Bani Abas adalah Abu Ja’far Al
Manshur (754-775M.). dia dengan tegas memberantas perlawanan dan
pemberontakan.yaitu: Bani Umayah, Khawarij dan Syiah yang merasa dikucilkan
dari kekuasan. Demi mengamankan kekuasaannya, Dia menyingkirkan para tokoh
besar yang mungkin menjadi saingannya. Termasuk dua pamannya sendiri yang
menjadi gubernur di Syiria dan Mesir, yaitu; Abdullah bin Ali dan Shalih bin
Ali karena tidak mau membaiatnya. Dan Abu Muslim Al Khurasani (orang yang di
suruh membunuh pamannya) karena dikhawatirkan akan menjadi saingannya.
Dalam
pemerintahannya, Dia berupaya mengkondisikan pemerintahan dan menjaga serta
memantapkan stabilitas Negara. Seperti memindahkan Ibu Kota negara, dari Al-
Hasyimiyah dekat Kufah berpindah ke Baghdad, dekat Persia, mengangkat lembaga
eksekutif dan Yudikatif , juga mengangkat wazir
sebagai koordinator departemen, membentuk lembaga protocol Negara, sekretaris negara
dan kepolisian.
Setelah
dasar-dasar pemerintahan diletakkan dan dibangun, maka Khilafah Bani Abbas
mencapai masa keemasannya. Yaitu pada masa tujuh Khalifah setelah Abul abas dan
AlManshur, diantaranya: Al Mahdi, Al hadi, Harun Ar Rasyid, Al Ma’mun, Al
Mu’tashim, Al Watsiq dan Al Mutawakkil. Popularitas daulat Abbasiyah mencapai
puncaknya pada masa Khalifah Harun Ar Rasyid (786-809M.)dan Al Ma’mun (813-833),
Pada
pemerintahan Al Mu’tashim. Dia memberi peluang besar ke pada orang-orang Turki
untuk masuk pada pemerintahan. Keterlibatan mereka dimulai sebagai tentara
pengawal. Dalam periode ini dinasti Abbasiyah mengadakan perubahan system
ketentaraan. Tentara dibina secara khusus menjadi prajurit-prajurit
professional. Dengan demikian kekuatan militernya sangat kuat.
Pilihan
Al Mu’tashim memberi peluang orang-orang Turki, dilatar belakangi oleh adanya
persaingan antara golongan Arab dan Persia pada masa Al Ma’mun dan sebelumnya.
Bahkan perebutan kekuasaan antara Al Amin dan Al Ma’mun dilatar belakangi oleh
persaingan antara golongan Arab yang mendukung Al Amin da golongan Persia yang
mendukung Al Ma’mun.
Meski
demikian, dalam periode ini banyak tantangan dan gerakan politik yang
mengganggu stabilitas, baik dari dalam maupun luar. Seperti sisa Bani Umayah,
kalangan intern Bani Abbas, revolusi al Khowarij, gerakan Zindik, Syi’ah,
konflik antar bangsa dan aliran pemikiran keagamaan. Akan tetapi semuanya dapat dipadamkan.
Masuknya
unsur Turki, semakin menambah persaingan antar bangsa. namun Khalifah Al
Mu’tashim dan Khalifah berikutya, Al Watsiq mampu mengendalikan mereka. Dan
pada saat pemerintahan Al Mutawakkil, orang-orang Turki bisa merebut kekuasaan
dengan cepat, karena Khalifah sangat lemah. Dan setelah Al Mutawakkil
meninggal, maka merekalah yang memilih dan mengangkat Khalifah. Dengan demikian
kekuasaan tidak lagi berada di tangan Bani Abbas, meski mereka tetap memegang
jabatan khalifah. Dan inilah permulaan periade ke dua serta awal kemunduran
politik Bani Abbas.
Pada
perode ke dua, tentara Turki yang berkuasa atas pemerintahan. Di tangan mereka
Khalifah bagaikan boneka yang tidak bisa berbuat apa-apa. Bahkan, merekalah
yang memilih dan menjatuhkan khalifah sesuai dengan keinginan politik mereka.
Setelah
tentara Turki itu lemah dengan sendirinya, di daerah-daerah muncul tokoh-tokoh
kuat, yang kemudian memerdekakan diri dari kekuasaan pusat, mendirikan
dinasti-dinasti kecil. Inilah masa disintegrasi dalam sejarah politik Islam.
Selanjutnya
pemerintah dikuasai oleh Bani Buwaih. Bani Buwaih adalah keturunan dari Abu
Syuja’ Buwaih, seorang pencari ikan yang tinggal di daerah Daelam. Mereka
adalah: Ali, Hasan dan Ahmad. Sejak itu para Khalifah tunduk kepada Bani
Buwaih. Pada masa pemerintahan Bani Buwaih ini, para Khalifah Abbasiyah
benar-benar tinggal namanya saja. Pelaksanaan pemerintahan sepenuhnya berada di
tangan-tangan Amir Bani Buwaih.keadaan Khalifah lebih buruk dari sebelumnya,
terutama karena Bani Buwaih adalah penganut Syi’ah, sementara Bani Abbas adalah
Sunni. Selama kekuasaan Bani Buwaih sering terjadi kerusuhan antara Kelompok
Sunni dan Syi’ah. pemberontakan tentara dsb.
Setelah
Baghdad dikuasai, Bani Buwaih memindahkan markas kekuasaan dari Syiraz ke Baghdad. Dan mendirikan gedung Dar
al-Mamlakah. meskipun demikian, kendali politik yang sebenarnya masih
berada di Syiraz, tempat Ali ibn Buwaih (saudara tertua) bertahta.
Kekuatan
Politik Bani Buwaih tidak bertahan lama. Setelah generasi pertama, kekuasaan
menjadi ajang perebutan dan pertikaian diantara anak-anak mereka. Sejalan
dengan melemahnya kekuatan politik Bani Buwaih, makin banyak pula gangguan dari
luar yang membawa kepada kemunduran dan kehancuran dinasti ini. Diantaranya:
serangan Bizantium, banyaknya dinasti-dinasti yang membebaskan diri dari
kekuasaan pusat dan Dinasti Seljuk yang berhasil merebut kekuasaan dari Bani
Buwaih.
Dengan
berakhirnya kekuasaan Bani Buwaih, menandakan berakhirnya periode ke tiga
sekaligus awal periode ke empat. Dimana kekuasaan berpindah ke tangan Bani
Seljuk.
Dinasti
Seljuk berasal dari beberapa kabilah kecil rumpun suku Ghuz di wilayah Turkistan. Mereka dipersatukan oleh Seljuk ibn
Tuqaq. Karena itu mereka disebut orang-orang Seljuk. Setelah Dinasti Seljuk
berkuasa, posisi dan kedudukan khalifah membaik, paling tidak kewibawaannya
dalam bidang agama dikembalikan setelah sekian lama dirampas orang-orang
Syi’ah. Meskipun Baghdad bisa dikuasai, namun ia tidak dijadikan pusat pemerintahan.
Thugrul Bek m emilih Naisabur dan kemudian Ray, sebagai pusat pemerintahannya.
Dan dinasti-dinasti kecil yang semula memisah, kembali mengakui kedudukan
Baghdad. Bahkan mereka terus menjaga keutuhan dan keamanan Abbasiyah untuk
membendung paham Syi’ah dan mengembangkan Sunni. Selanjutnya pemerintahan
dikuasai oleh Alp Arselan. Pada masanya, perluwasan wilayah dilanjutkan ke arah
Barat sampai pusat kebudayaan Romawi di Asia kecil, yaitu Bizantium. Peristiwa
penting dalam gerakan ekspansi ini adalah peristiwa Manzikart, yaitu
keberhasilan tentara Alp Arselan dengan jumlah 15.000 prajurit mengalahkan
tentara Romawi yang besar yang terdiri dari tentara Romawi, Ghuz, Al-Akraj,
Al-Hajr, Prancis dan Armenia dan berjumlah 200.000 prajurit.
Pemikiran Politik Islam Dari Masa Nabi
Hingga Masa Kini, Antony Black,Serambi, Jakarta, 2001, The Historyof Islamic
Political Thought: from The Prophet to the Present, EinburghUniversity Press,
2001, Abdullah dan Mariana Ariestyawati.
2.2.
Pendidikan Seumur Hidup Dalam
Berbagai Prespektif[1]
Ada bermacam-macam pemikiran yang menyatakan bahwa
pendidikan seumur hidup itu sangat penting. Dasar pemikiran tersebut ditinjau
dari beberapa segi antara lain seperti berikut:
1.
Tinjauan
Idiologis
Semua
manusia dilahirkan ke dunia mempunyai hak yang sama, khususnya hak untuk mendapatkan
pendidikan dan peningkatan pengetahuan dan keterampilannya. Pendidikan seumur
hidup akan memungkinkan seseorang mengembangkan potensi-potensinya sesuai
dengan kebutuhan hidunya.
Cara
yang paling efektif untuk keluar dari lingkungan setan kemeralatan yang
menyebabkan kebodohan, dan kebodohan menyebabkan kemelaratan ialah melalui
pendidikan. Pendidikan seumur hidup memungkinkan seseorang untuk:
a.
Meningkatkan
produktipitasnya.
b.
Memelihara dan
mengembangkan sumber-sumber yang dimilikinya.
c.
Memungkinkan
hidup dalam lingkungan yang lebih menyenangkan dan sehat.
d.
Memiliki
motifasi dalam mengasuh dan mendidik anak-anaknya secara tepat, sehingga
peranan pendidikan keluarga menjadi sangat besar dan penting.
3.
Tinjauan Sosiologis
Banyak
orang tua di negara yang sedang berkembang kurang menyadari pentingnya
pendidikan formal bagi anak-anaknya. Oleh karena itu banyak anak-anak mereka
kurang mendapatkan pendidikan formal, putus sekolah atau tidak bersekolah sam
sekali. Maka pendidikan seumur hidup kepada orang tua akan merupakan pemecahan
masalah berikut.
4.
Tinjauan
Politis
Pada
negara demokrasi hendaknya seluruh rakyat menyadari pentingnya memilih, dan
memahami fungsi pemerintah, DPR, MPR, dan lain-lain. Oleh karena itu pendidikan kewargaan negara perlu
diberikan kepada setiap orang. Maka inilah yang menjadi tugas
pendidikan seumur hidup.
5. Tinjauan
Teknologis
Dunia
dilanda oleh explosi ilmu pengetahuan dan teknologi. Para sarjana, guru,
teknisi, dan pemimpin di negara yang sedang berkembang perlu memperbaharui
penetahuan dan keterampilan mereka, seperti yang silakukan oleh sejawat mereka
di negara maju.
6. Tinjauan
Psikologis dan Pedagogis[3]
Perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat mempunyai pengaruh yang besar
terhadah konsep, teknik, dan metode pendidikan. Disamping itu perkembangan
tersebut menyebabkan makin luas, dalam, dan kompleksnya ilmu pengetahuan,
sehingga tidak mungkin lagi diajarkan seluruhnya kepada anak didik sekolah.
Sebab itu tugas pendidikan formal yang utama sekarang ialah mengerjakan
bagaimana cara belajar, menanamkan motivasi yang kuat dalam diri anak untuk
belajar terus sepanjang hidupnya: memberikan keterampilan kepada anak didik
secara lincah dan menyesuaikan diri dalam masyarakat yang besar dalam diri anak
didik. Untuk itu semua perlu diciptakan kondisi yang merupakan penerapan asas
pendidikan seumur hidup.
2.3. Implikasi konsep pendidikan seumur hidup pada program pendidikan
Implikasi
disini diartikan sebagai akibat langsung atau konsekuensi dari satu keputusan.
Maksudnya adalah suatu yang merupakan tindak lanjut atau follow up suatu kebijakan atau keputusan tentang pelaksanaan pendidikan
seumur hidup.
Penerapan
asas pendidikan seumur hidup pada isi merekam pendidikan dan sasaran pendidikan
di masyarakat mengandung kemungkinan yang luas dan bervariasi. Implikasi
pendidikan seumur hidup pada program ppendidikan, sebagaimana dikemukakan oleh
Ananda W.P. Guruge dalam bukunya Toward
Better Educational Manajemen, dapat dikelompokkan menjadi beberapa kategori
berikut.[4]
- Pendidikan Baca
Tulis Fungsional
Program
ini tidak saja penting bagi pendidikan seumur hidup kerena relevansinya dengan
kondisi yang ada pada negara-negara berkembang dengan alasan masih banyaknya
penduduk yang buta huruf, melainkan juga sangat penting diyinjau dari
implementasinya. Bahkan, di negara yang sudah maju sekalipun dimana radio,
film, tv, komputer sampai internet telah menantang ketergantungan orang akan
bahan-bahan bacaan, namun membaca masih merupakan cara yang paling murah dan
praktis untuk mendapatkan dan menyebarkan pengetahuan.
Meskipun
cukup sulit untuk membuktikan peranan melek huruf fungsional terhadap
pembangunan sosial ekonomi masyarakat, namun pengaruh iptek terhadap kehidupan
masyarakat misalnya petani, justru disebabkan oleh pengetahuan-pengetahun baru
dalam diri mereka. Pengetahuan baru ini dapat diperoleh malalui bahan bacaan utamanya.
Oleh
sebab itu, realisasi baca tulis fungsional, minimal memuat dua hal, yaitu:
a.
Memberikan kecakapan membaca, menulis, menghitung (3 M)
yang fungsional bagi anak didik;
b.
Menyediakan bahan-bahan bacaaan yang diperlukan untuk
mengembangkan lebih lanjut kecakapan yang telah dimilikinya tersebut.[5]
2.
Pendidikan
Vokasional
Pendidikan
vokasional sebagai program pendidikan diluar sekolah bagi anak diluar batas
usia sekolah, atau sebagai program pendidikan formal dan non-formal dalam
rangka apprentice ship training,
merupakan salah satu program penting dalam rangka pendidikan seumur hidup.
- Pendidikan
Profesional
Sebagai
realisasi pendidikan seumur hidup, dalam tiap-tiap profesi hendaknya telah
tercipta built in mechanism yang memungkinkan
golongan profesional terus mengikuti berbagai kemajuan dan perubahan menyangkut
metodologi, perlengkapan, terminologi, dan sikap profesionalnya. Sebab bagaimanapun
apa yang berlaku bagi pekerja dan buruh, bverlaku pula bagi profesional, bahkan
tantangan buat mereka lebih besar.
- Pendidikan ke Arah
Perubahan dan Pembangunan
Pendidikan
bagi anggota masyarakat dari berbagai golongan usia agar mereka mampu mengikuti
perubahan sosial dan pembangunan juga merupakan konsekuensi penting dari asas
pendidikan seumur hidup.
- Pendidikan
Kewarganegaraan dan Kedewasaan Politik[6]
Diamping
tuntutan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), dalam kondisi sekarang
dimana pola pikir masyarakat semagin maju dan kritis, baik rakyat biasa maupun
pemimpin pemerintahan di negara yang demokratis, diperlukan pendidikan
kewarganegaraan dan kedewasaan politik bagi setiap warga negara. Pendidikan seumur hidup yang bersifat kontinu dalam
konteks ini merupakan konsekuensinya.
- Pendidikan
Kurtural dan Pengisian Waktu Senggang
Spesialisasi
yang berlebih-lebihan dalam masyarakat, bahkan yang dimulai pada usia muda
dalam program formal di sekolah, membuat manusia berpandangan sempit pada
bidangnya sendiri, buta akan nilai-nilai kultural yang terkandung dalam warisan
budaya masyarakatnya sendiri.
Bagaimanapun
bagi orang-orang terpelajar diharapkan mampu memahami dan menghargai
nilai-nilai agama, sejarah, kesusastraan, filsafat hidup, seni, dan misik
bangsanya sendiri. Pengetahuan tersebut dapat memperkaya hidupnya, terutama
segi pengalaman yang memungkinkan untuk mengisi waktu senggangnya dengan
menyenangkan. Oleh karena itu, pendidikan kultural dan pengisian waktu senggang
secara konstruktif akan merupakan bagian penting dari life long education
1.4. Implikasi Kosep
Pendidikan Seumur Hidup Pada Sasaran Pendidikan[7]
Adapun
mengenai implikasi konsep pendidikan seumur hidup ini pada sasaran pendidikan,
Ananda W.P. Guruge juga mengklasifikasikannya dalam enam kategori,
masing-masing dengan prioritas programnya.
Masing-masing
kategori tersebut adalah sebagai berikut:
a.
Para
buruh dan petani
Mereka
dengan pendidikan yang sangat rendah atau bahkan tanpa pendidikan sama sekali
merupakan golongan terbesar penduduk di negara-negara yang sedang berkembang.
Mereka pada umumnya masih hidup dalam suasana tradisional yang dikuasai oleh
tahayul, tabu dan kebiasaan-kebiasaan hidup yang menghambat kemajuan.
Cara
hidup tradisional ini merupakan hambatan-hambatan psikologik bagi pembangunan.
Bagi golongan pendidik ini program pendidikan barulah mempunyai arti, apabila
program tersebut:[8]
1.
Menolong
meningkatkan produktivitas mereka, baik hal itu dicapai melalui pengajaran
berbagai keterampilan baru maupun melalui pemberian metode-metode bertani yang
baru yang memungkinkan untuk memperbaiki kehidupan mereka.
2.
Mendidik mereka
agar dapat memenuhi kewajiban sebagai warga Negara dan sebagai kepala keluarga,
sehingga mereka menyadari pentingnya pendidikan bagi anak-anak mereka.
3.
Memberi jalan
mereka untuk dapat mengisi waktu senggangnya dengan kegiatan-kegiatan yang
produktif dan menyenangkan sehingga mereka menjadi lebih berarti.
Golongan
buruh dan petani inilah yang terutama membutuhkanprogram baca tulis fungsional
(functional literary). Mereka pasti
akan menyadari manfaat program itu apabila ketiga hal tersebut betul-betul
diperhatikan.
b. Para remaja yang
putus sekolah, atau yang mengangguar karena tidak
memperoleh pendidikan keterampilan.
Mungkin mereka meninggalkan sekolah,
karena kurang minat, bosan, kurang bakat, kurang kemampuan, atau melihat
pendidikan di sekolah itu kurang relevan dengan kebutuhan hidup mereka. Oleh
karena itu perlu diberikan kepada mereka pendidikan yang kultural dan
kegiatan-kegiatan rekreatif serta pendidikan yang bersifat remedial.
c.
Para
pekerja yang berketerampilan[9]
Supaya
dapat menghadapi setiap tantangan hari depan mereka, hendaklah diberikan kepada
mereka program pendidikan kejuruan dan teknik, yang dapat meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan yang telah mereka punyai.
Program pendidikan yang akan diberikan kepada mereka
harus mengandung dua tujuan yaitu:
a.
Mampu menyelamatkan mereka dari bahaya keusangan
pengetahuan dan keterampilan yang mereka punyai.
b.
Membuka jalan bagi mereka untuk naik tingkat dalam
rangaka promosi kedudukan yang lebih baik.
d.
Para
teknisi dan golongan profesional
Pada
umumnya mereka menduduki posisi penting dalam masyarkat. Berhasil tidaknya
pembangunan banyak bergantung pada golonganini. Oleh karena itu, program
pendidikan seumur hidup sangat penting bagi mereka, agar mereka selalu
memperbaharui dan menambah pengetahuan dan keterampilan.
e.
Para
pemimpin masyarakat (golongan politik, agama, sosial, dan lain-lain).[10]
Hendaknya
mereka harus mampu mensintesakan pengetahuan dari berbagai-bagai macam
keahlian, dan selalu memperbaharui sikap dan gagasan sesuai dengan kemajuan dan
pembangunan. Biasanya pengetahuan tersebut tidak pernah memperoleh dari pendidikan
formal.
f.
Para
anggota masyarakat yang sudah tua
Karena
pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, banyak pengetahuan yang belum
mereka ketahui pada waktu masih muda. Jumlah mereka makin lama makin bertambah
besar, disebabkan oleh kesehatan mereka menjadi lebih baik.[11]
[1]
. Hasbullah, “dasar-dasar Pendidikan”, hal. 67, Rajawali Pers
[2]
. Hasbullah, “dasar-dasar Pendidikan”, hal. 68, Rajawali Pers
[3]
. Hasbullah, “dasar-dasar Pendidikan”, hal. 69, Rajawali Pers
[4]
. Hasbullah, “dasar-dasar Pendidikan”, hal. 71, Rajawali Pers
[5]
Hasbullah, “dasar-dasar Pendidikan”, hal. 72, Rajawali Pers
[6]
. Hasbullah, “dasar-dasar Pendidikan”, hal. 73, Rajawali Pers
[7]
. H. Fuad Ihsan, “Dasar-dasar Kependidikan”, hal. 51, Rineka Cipta
[8]
. Ibid., hal. 52.
[9]
. Ibid., hal. 53
[10]
. Zahra Idris, “Dasar-dasar Ilmu Pendidikan” hal. Angkasa
[11]
. Ibid


0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda