Selasa, 09 Juni 2015

KEKHALIFAHAN BANI ABBASIYAH

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.  Latar Belakang
Islam, banyak orang hanya tahu dan menganggapnya sebuah agama, sama seperti agama-agama lain, padahal Islam merupakan agama yang lain dari agama-agama lain. Anggapan seperti itu salah satunya dikarenakan kurangnya pengetahuan tentang sejarah Islam. Bagaimana Islam ada, tumbuh dan berkembang, bahkan dengan pesatnya menyeluruh kesemua penjuru Dunia. Dan tidak bisa dipungkiri bahwa Islam termasuk berandil besar dalam sejarah peradaban Manusia di dunia. H.A.R. Gibb dalam bukunya Whitter Islam mengungkapkan “ sesungguhnya Islam bukan hanya sekedar agama, Islam merupkan sebuah peradaban yang sempurna”. Dan Dunia menempatkan Nabi Muhammad sallallahu ‘alaihi wasallam  sebagai Rosulullah di peringkat tertinggi dalam Sejarah Tokoh-tokoh paling berpengaruh di dunia.
Dalam sejarah, peradaban Islam muncul, tumbuh dan berkembang dari bangsa Arab dan Timur Tengah, diantaranya adalah Dinasti Bani Abasiyah (Khilafah Abbasiyah). Yang didirikan oleh Abdullah Assafah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn Abbas keturunan sayyidina Abbas (Paman Nabi). dalam periode ini Islam tumbuh dan berkembang pesat, termasuk dalam pendidikan dan filsafat serta banyak kemajuan dan kaberhasilan yang dicatat.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan urian di atas, maka dapat diambil rumusan masalah dalam makalah  ini, diantaranya:
1.        Eksistensi Khilafah Bani Abbasiyah
2.        Keberhasilan-keberhasilan Khilafah Bani Abbasiyah
3.        Identifikasi Peradaban Islam Khilafah Bani Abbasiyah.
1.3. Tujuan Penulisan
              Dengan rumusan masalah di atas, maka dalam penulisan makalah ini tujuan yang hendak dicapai adalah:
1.      Mengetahui dan memahami tentang Eksistensi Khilafah Bani Abbasiyah.
2.      Mengetahui Keberhasilan-keberhasilan Khilafah Bani Abbasiyah.
3.      Mampu mengidentifikasi Peradaban Islam Khilafah Bani Abbasiyah.
4.      Mengetahui perjuangan Khilafah Bani Abbasiyah.
1.4. Manfaat Penulisan
Kami berharap semoga makalah ini banyak memberi manfaat bagi penulis bahkan pembaca. Dan diantara manfaat yang mungkin akan didapatkan dari makalah ini adalah:
1.      Menambah wawasan baik penulis maupun pembaca, khususnya tentang Khilafah Bani Abbasiyah.
2.      Mengetahui betapa besar perjuangan dan jasa Khilafah Bani Abbasiyah.
3.      Memacu semangat juang dalam memajukan peradaban dan kebudayaan Islam dengan disertai pengalaman dan pelajaran yang dapat diambil dari Khilafah Abbasiyah.


BAB II
PEMBAHASAN
1.1.   Eksistensi Khilafah Bani Abbasiyah
Bani Abbas merupakan nama dari keturunan Sayyidina Abbas (paman Nabi). Dikatakan Dinasti Abbasiyah karena para pendirinya dan pemimpinnya adalah keturunan dari Sayyidina Abbas. Dinasti ini didirikan oleh Abdullah Assafah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn Abbas (paman Nabi).
Masa kekuasaan Khilafah Bani Abbasiyah berlangsung lama, yaitu dari 132 H. (750 M.) sampai 656 H. (1258 M.). Selama kekuasaannya, pola pemerintahan yang diterapkan dinasti ini berbeda-beda, sesuai dengan perubahan politik, sosial dan budaya. Diantaranya:
1.      Periode pengaruh Persia pertama (132-232H.)
2.      Periode pengaruh Turki pertama (232-334H.)
3.      Periode pengaruh Persia kedua (334-447H.)
4.      Periode pengaruh Turki kedua (447-590H.)
5.      Periode tanpa pengaruh dari manapun (590-656H.)
Pada periode pertama, pemerintahan mencapai masa keemasannya. Secara politis, para Khalifah betul-betul tokoh yang kuat dan merupakan pusat kekuasaan politik serta agama. Di sisi lain kemakmuran masyarakat mencapai tingkat tertinggi. Dan Ilmu pengetahuan dan filsafat mulai berkembang.
Masa pemerintahan Abul Abbas sendiri sangat singkat, yaitu dari tahun 750 M. sampai 754M. karena itu Pembina sebenarnya daulat Bani Abas adalah Abu Ja’far Al Manshur (754-775M.). dia dengan tegas memberantas perlawanan dan pemberontakan.yaitu: Bani Umayah, Khawarij dan Syiah yang merasa dikucilkan dari kekuasan. Demi mengamankan kekuasaannya, Dia menyingkirkan para tokoh besar yang mungkin menjadi saingannya. Termasuk dua pamannya sendiri yang menjadi gubernur di Syiria dan Mesir, yaitu; Abdullah bin Ali dan Shalih bin Ali karena tidak mau membaiatnya. Dan Abu Muslim Al Khurasani (orang yang di suruh membunuh pamannya) karena dikhawatirkan akan menjadi saingannya.
Dalam pemerintahannya, Dia berupaya mengkondisikan pemerintahan dan menjaga serta memantapkan stabilitas Negara. Seperti memindahkan Ibu Kota negara, dari Al- Hasyimiyah dekat Kufah berpindah ke Baghdad, dekat Persia, mengangkat lembaga eksekutif dan Yudikatif , juga mengangkat wazir sebagai koordinator departemen, membentuk lembaga protocol Negara, sekretaris negara dan kepolisian.
Setelah dasar-dasar pemerintahan diletakkan dan dibangun, maka Khilafah Bani Abbas mencapai masa keemasannya. Yaitu pada masa tujuh Khalifah setelah Abul abas dan AlManshur, diantaranya: Al Mahdi, Al hadi, Harun Ar Rasyid, Al Ma’mun, Al Mu’tashim, Al Watsiq dan Al Mutawakkil. Popularitas daulat Abbasiyah mencapai puncaknya pada masa Khalifah Harun Ar Rasyid (786-809M.)dan Al Ma’mun (813-833),
Pada pemerintahan Al Mu’tashim. Dia memberi peluang besar ke pada orang-orang Turki untuk masuk pada pemerintahan. Keterlibatan mereka dimulai sebagai tentara pengawal. Dalam periode ini dinasti Abbasiyah mengadakan perubahan system ketentaraan. Tentara dibina secara khusus menjadi prajurit-prajurit professional. Dengan demikian kekuatan militernya sangat kuat.
Pilihan Al Mu’tashim memberi peluang orang-orang Turki, dilatar belakangi oleh adanya persaingan antara golongan Arab dan Persia pada masa Al Ma’mun dan sebelumnya. Bahkan perebutan kekuasaan antara Al Amin dan Al Ma’mun dilatar belakangi oleh persaingan antara golongan Arab yang mendukung Al Amin da golongan Persia yang mendukung Al Ma’mun.
Meski demikian, dalam periode ini banyak tantangan dan gerakan politik yang mengganggu stabilitas, baik dari dalam maupun luar. Seperti sisa Bani Umayah, kalangan intern Bani Abbas, revolusi al Khowarij, gerakan Zindik, Syi’ah, konflik antar bangsa dan aliran pemikiran keagamaan. Akan tetapi  semuanya dapat dipadamkan.
Masuknya unsur Turki, semakin menambah persaingan antar bangsa. namun Khalifah Al Mu’tashim dan Khalifah berikutya, Al Watsiq mampu mengendalikan mereka. Dan pada saat pemerintahan Al Mutawakkil, orang-orang Turki bisa merebut kekuasaan dengan cepat, karena Khalifah sangat lemah. Dan setelah Al Mutawakkil meninggal, maka merekalah yang memilih dan mengangkat Khalifah. Dengan demikian kekuasaan tidak lagi berada di tangan Bani Abbas, meski mereka tetap memegang jabatan khalifah. Dan inilah permulaan periade ke dua serta awal kemunduran politik Bani Abbas.
Pada perode ke dua, tentara Turki yang berkuasa atas pemerintahan. Di tangan mereka Khalifah bagaikan boneka yang tidak bisa berbuat apa-apa. Bahkan, merekalah yang memilih dan menjatuhkan khalifah sesuai dengan keinginan politik mereka.
Setelah tentara Turki itu lemah dengan sendirinya, di daerah-daerah muncul tokoh-tokoh kuat, yang kemudian memerdekakan diri dari kekuasaan pusat, mendirikan dinasti-dinasti kecil. Inilah masa disintegrasi dalam sejarah politik Islam.
Selanjutnya pemerintah dikuasai oleh Bani Buwaih. Bani Buwaih adalah keturunan dari Abu Syuja’ Buwaih, seorang pencari ikan yang tinggal di daerah Daelam. Mereka adalah: Ali, Hasan dan Ahmad. Sejak itu para Khalifah tunduk kepada Bani Buwaih. Pada masa pemerintahan Bani Buwaih ini, para Khalifah Abbasiyah benar-benar tinggal namanya saja. Pelaksanaan pemerintahan sepenuhnya berada di tangan-tangan Amir Bani Buwaih.keadaan Khalifah lebih buruk dari sebelumnya, terutama karena Bani Buwaih adalah penganut Syi’ah, sementara Bani Abbas adalah Sunni. Selama kekuasaan Bani Buwaih sering terjadi kerusuhan antara Kelompok Sunni dan Syi’ah. pemberontakan tentara dsb.
Setelah Baghdad dikuasai, Bani Buwaih memindahkan markas kekuasaan dari Syiraz ke Baghdad. Dan mendirikan gedung Dar al-Mamlakah. meskipun demikian, kendali politik yang sebenarnya masih berada di Syiraz, tempat Ali ibn Buwaih (saudara tertua) bertahta.
Kekuatan Politik Bani Buwaih tidak bertahan lama. Setelah generasi pertama, kekuasaan menjadi ajang perebutan dan pertikaian diantara anak-anak mereka. Sejalan dengan melemahnya kekuatan politik Bani Buwaih, makin banyak pula gangguan dari luar yang membawa kepada kemunduran dan kehancuran dinasti ini. Diantaranya: serangan Bizantium, banyaknya dinasti-dinasti yang membebaskan diri dari kekuasaan pusat dan Dinasti Seljuk yang berhasil merebut kekuasaan dari Bani Buwaih.
Dengan berakhirnya kekuasaan Bani Buwaih, menandakan berakhirnya periode ke tiga sekaligus awal periode ke empat. Dimana kekuasaan berpindah ke tangan Bani Seljuk.
Dinasti Seljuk berasal dari beberapa kabilah kecil rumpun suku Ghuz di wilayah Turkistan. Mereka dipersatukan oleh Seljuk ibn Tuqaq. Karena itu mereka disebut orang-orang Seljuk. Setelah Dinasti Seljuk berkuasa, posisi dan kedudukan khalifah membaik, paling tidak kewibawaannya dalam bidang agama dikembalikan setelah sekian lama dirampas orang-orang Syi’ah. Meskipun Baghdad bisa dikuasai, namun ia tidak dijadikan pusat pemerintahan. Thugrul Bek m emilih Naisabur dan kemudian Ray, sebagai pusat pemerintahannya. Dan dinasti-dinasti kecil yang semula memisah, kembali mengakui kedudukan Baghdad. Bahkan mereka terus menjaga keutuhan dan keamanan Abbasiyah untuk membendung paham Syi’ah dan mengembangkan Sunni. Selanjutnya pemerintahan dikuasai oleh Alp Arselan. Pada masanya, perluwasan wilayah dilanjutkan ke arah Barat sampai pusat kebudayaan Romawi di Asia kecil, yaitu Bizantium. Peristiwa penting dalam gerakan ekspansi ini adalah peristiwa Manzikart, yaitu keberhasilan tentara Alp Arselan dengan jumlah 15.000 prajurit mengalahkan tentara Romawi yang besar yang terdiri dari tentara Romawi, Ghuz, Al-Akraj, Al-Hajr, Prancis dan Armenia dan berjumlah 200.000 prajurit.
Pemikiran Politik Islam Dari Masa Nabi Hingga Masa Kini, Antony Black,Serambi, Jakarta, 2001, The Historyof Islamic Political Thought: from The Prophet to the Present, EinburghUniversity Press, 2001, Abdullah dan Mariana Ariestyawati.














2.2.      Pendidikan Seumur Hidup Dalam Berbagai Prespektif[1]
Ada bermacam-macam pemikiran yang menyatakan bahwa pendidikan seumur hidup itu sangat penting. Dasar pemikiran tersebut ditinjau dari beberapa segi antara lain seperti berikut:
1.      Tinjauan Idiologis
Semua manusia dilahirkan ke dunia mempunyai hak yang sama, khususnya hak untuk mendapatkan pendidikan dan peningkatan pengetahuan dan keterampilannya. Pendidikan seumur hidup akan memungkinkan seseorang mengembangkan potensi-potensinya sesuai dengan kebutuhan hidunya.
2.    Tinjauan Ekonomis[2]
Cara yang paling efektif untuk keluar dari lingkungan setan kemeralatan yang menyebabkan kebodohan, dan kebodohan menyebabkan kemelaratan ialah melalui pendidikan. Pendidikan seumur hidup memungkinkan seseorang untuk:
a.       Meningkatkan produktipitasnya.
b.      Memelihara dan mengembangkan sumber-sumber yang dimilikinya.
c.       Memungkinkan hidup dalam lingkungan yang lebih menyenangkan dan sehat.
d.      Memiliki motifasi dalam mengasuh dan mendidik anak-anaknya secara tepat, sehingga peranan pendidikan keluarga menjadi sangat besar dan penting.
3.     Tinjauan Sosiologis
Banyak orang tua di negara yang sedang berkembang kurang menyadari pentingnya pendidikan formal bagi anak-anaknya. Oleh karena itu banyak anak-anak mereka kurang mendapatkan pendidikan formal, putus sekolah atau tidak bersekolah sam sekali. Maka pendidikan seumur hidup kepada orang tua akan merupakan pemecahan masalah berikut.
4.      Tinjauan Politis
Pada negara demokrasi hendaknya seluruh rakyat menyadari pentingnya memilih, dan memahami fungsi pemerintah, DPR, MPR, dan lain-lain. Oleh karena itu pendidikan kewargaan negara perlu diberikan kepada setiap orang. Maka inilah yang menjadi tugas pendidikan seumur hidup.
5.  Tinjauan Teknologis
Dunia dilanda oleh explosi ilmu pengetahuan dan teknologi. Para sarjana, guru, teknisi, dan pemimpin di negara yang sedang berkembang perlu memperbaharui penetahuan dan keterampilan mereka, seperti yang silakukan oleh sejawat mereka di negara maju.
6.    Tinjauan Psikologis dan Pedagogis[3]
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat mempunyai pengaruh yang besar terhadah konsep, teknik, dan metode pendidikan. Disamping itu perkembangan tersebut menyebabkan makin luas, dalam, dan kompleksnya ilmu pengetahuan, sehingga tidak mungkin lagi diajarkan seluruhnya kepada anak didik sekolah. Sebab itu tugas pendidikan formal yang utama sekarang ialah mengerjakan bagaimana cara belajar, menanamkan motivasi yang kuat dalam diri anak untuk belajar terus sepanjang hidupnya: memberikan keterampilan kepada anak didik secara lincah dan menyesuaikan diri dalam masyarakat yang besar dalam diri anak didik. Untuk itu semua perlu diciptakan kondisi yang merupakan penerapan asas pendidikan seumur hidup.

2.3. Implikasi konsep pendidikan seumur hidup pada program pendidikan
Implikasi disini diartikan sebagai akibat langsung atau konsekuensi dari satu keputusan. Maksudnya adalah suatu yang merupakan tindak lanjut atau follow up suatu kebijakan atau keputusan tentang pelaksanaan pendidikan seumur hidup.
Penerapan asas pendidikan seumur hidup pada isi merekam pendidikan dan sasaran pendidikan di masyarakat mengandung kemungkinan yang luas dan bervariasi. Implikasi pendidikan seumur hidup pada program ppendidikan, sebagaimana dikemukakan oleh Ananda W.P. Guruge dalam bukunya Toward Better Educational Manajemen, dapat dikelompokkan menjadi beberapa kategori berikut.[4]
  1. Pendidikan Baca Tulis Fungsional
Program ini tidak saja penting bagi pendidikan seumur hidup kerena relevansinya dengan kondisi yang ada pada negara-negara berkembang dengan alasan masih banyaknya penduduk yang buta huruf, melainkan juga sangat penting diyinjau dari implementasinya. Bahkan, di negara yang sudah maju sekalipun dimana radio, film, tv, komputer sampai internet telah menantang ketergantungan orang akan bahan-bahan bacaan, namun membaca masih merupakan cara yang paling murah dan praktis untuk mendapatkan dan menyebarkan pengetahuan.
Meskipun cukup sulit untuk membuktikan peranan melek huruf fungsional terhadap pembangunan sosial ekonomi masyarakat, namun pengaruh iptek terhadap kehidupan masyarakat misalnya petani, justru disebabkan oleh pengetahuan-pengetahun baru dalam diri mereka. Pengetahuan baru ini dapat diperoleh malalui bahan bacaan utamanya.
Oleh sebab itu, realisasi baca tulis fungsional, minimal memuat dua hal, yaitu:
a.       Memberikan kecakapan membaca, menulis, menghitung (3 M) yang fungsional bagi anak didik;
b.      Menyediakan bahan-bahan bacaaan yang diperlukan untuk mengembangkan lebih lanjut kecakapan yang telah dimilikinya tersebut.[5]
2.    Pendidikan Vokasional
Pendidikan vokasional sebagai program pendidikan diluar sekolah bagi anak diluar batas usia sekolah, atau sebagai program pendidikan formal dan non-formal dalam rangka apprentice ship training, merupakan salah satu program penting dalam rangka pendidikan seumur hidup.
  1. Pendidikan Profesional
Sebagai realisasi pendidikan seumur hidup, dalam tiap-tiap profesi hendaknya telah tercipta  built in mechanism yang memungkinkan golongan profesional terus mengikuti berbagai kemajuan dan perubahan menyangkut metodologi, perlengkapan, terminologi, dan sikap profesionalnya. Sebab bagaimanapun apa yang berlaku bagi pekerja dan buruh, bverlaku pula bagi profesional, bahkan tantangan buat mereka lebih besar.
  1. Pendidikan ke Arah Perubahan dan Pembangunan
Pendidikan bagi anggota masyarakat dari berbagai golongan usia agar mereka mampu mengikuti perubahan sosial dan pembangunan juga merupakan konsekuensi penting dari asas pendidikan seumur hidup.
  1. Pendidikan Kewarganegaraan dan Kedewasaan Politik[6]
Diamping tuntutan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), dalam kondisi sekarang dimana pola pikir masyarakat semagin maju dan kritis, baik rakyat biasa maupun pemimpin pemerintahan di negara yang demokratis, diperlukan pendidikan kewarganegaraan dan kedewasaan politik bagi setiap warga negara. Pendidikan seumur hidup yang bersifat kontinu dalam konteks ini merupakan konsekuensinya.
  1. Pendidikan Kurtural dan Pengisian Waktu Senggang
Spesialisasi yang berlebih-lebihan dalam masyarakat, bahkan yang dimulai pada usia muda dalam program formal di sekolah, membuat manusia berpandangan sempit pada bidangnya sendiri, buta akan nilai-nilai kultural yang terkandung dalam warisan budaya masyarakatnya sendiri.
Bagaimanapun bagi orang-orang terpelajar diharapkan mampu memahami dan menghargai nilai-nilai agama, sejarah, kesusastraan, filsafat hidup, seni, dan misik bangsanya sendiri. Pengetahuan tersebut dapat memperkaya hidupnya, terutama segi pengalaman yang memungkinkan untuk mengisi waktu senggangnya dengan menyenangkan. Oleh karena itu, pendidikan kultural dan pengisian waktu senggang secara konstruktif akan merupakan bagian penting dari life long education

1.4.  Implikasi Kosep Pendidikan Seumur Hidup Pada Sasaran Pendidikan[7]
Adapun mengenai implikasi konsep pendidikan seumur hidup ini pada sasaran pendidikan, Ananda W.P. Guruge juga mengklasifikasikannya dalam enam kategori, masing-masing dengan prioritas programnya.
Masing-masing kategori tersebut adalah sebagai berikut:
a.      Para buruh dan petani
Mereka dengan pendidikan yang sangat rendah atau bahkan tanpa pendidikan sama sekali merupakan golongan terbesar penduduk di negara-negara yang sedang berkembang. Mereka pada umumnya masih hidup dalam suasana tradisional yang dikuasai oleh tahayul, tabu dan kebiasaan-kebiasaan hidup yang menghambat kemajuan.
Cara hidup tradisional ini merupakan hambatan-hambatan psikologik bagi pembangunan. Bagi golongan pendidik ini program pendidikan barulah mempunyai arti, apabila program tersebut:[8]
1.      Menolong meningkatkan produktivitas mereka, baik hal itu dicapai melalui pengajaran berbagai keterampilan baru maupun melalui pemberian metode-metode bertani yang baru yang memungkinkan untuk memperbaiki kehidupan mereka.
2.      Mendidik mereka agar dapat memenuhi kewajiban sebagai warga Negara dan sebagai kepala keluarga, sehingga mereka menyadari pentingnya pendidikan bagi anak-anak mereka.
3.      Memberi jalan mereka untuk dapat mengisi waktu senggangnya dengan kegiatan-kegiatan yang produktif dan menyenangkan sehingga mereka menjadi lebih berarti.
Golongan buruh dan petani inilah yang terutama membutuhkanprogram baca tulis fungsional (functional literary). Mereka pasti akan menyadari manfaat program itu apabila ketiga hal tersebut betul-betul diperhatikan.
b.    Para remaja yang putus sekolah, atau yang mengangguar karena tidak memperoleh pendidikan keterampilan.
Mungkin mereka meninggalkan sekolah, karena kurang minat, bosan, kurang bakat, kurang kemampuan, atau melihat pendidikan di sekolah itu kurang relevan dengan kebutuhan hidup mereka. Oleh karena itu perlu diberikan kepada mereka pendidikan yang kultural dan kegiatan-kegiatan rekreatif serta pendidikan yang bersifat remedial.
c.       Para pekerja yang berketerampilan[9]
Supaya dapat menghadapi setiap tantangan hari depan mereka, hendaklah diberikan kepada mereka program pendidikan kejuruan dan teknik, yang dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang telah mereka punyai.
Program pendidikan yang akan diberikan kepada mereka harus mengandung dua tujuan yaitu:
a.       Mampu menyelamatkan mereka dari bahaya keusangan pengetahuan dan keterampilan yang mereka punyai.
b.      Membuka jalan bagi mereka untuk naik tingkat dalam rangaka promosi kedudukan yang lebih baik.
d.      Para teknisi dan golongan profesional
Pada umumnya mereka menduduki posisi penting dalam masyarkat. Berhasil tidaknya pembangunan banyak bergantung pada golonganini. Oleh karena itu, program pendidikan seumur hidup sangat penting bagi mereka, agar mereka selalu memperbaharui dan menambah pengetahuan dan keterampilan.
e.       Para pemimpin masyarakat (golongan politik, agama, sosial, dan lain-lain).[10]
Hendaknya mereka harus mampu mensintesakan pengetahuan dari berbagai-bagai macam keahlian, dan selalu memperbaharui sikap dan gagasan sesuai dengan kemajuan dan pembangunan. Biasanya pengetahuan tersebut tidak pernah memperoleh dari pendidikan formal.
f.        Para anggota masyarakat yang sudah tua
Karena pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, banyak pengetahuan yang belum mereka ketahui pada waktu masih muda. Jumlah mereka makin lama makin bertambah besar, disebabkan oleh kesehatan mereka menjadi lebih baik.[11]



[1] . Hasbullah, “dasar-dasar Pendidikan”, hal. 67, Rajawali Pers
[2] . Hasbullah, “dasar-dasar Pendidikan”, hal. 68, Rajawali Pers
[3] . Hasbullah, “dasar-dasar Pendidikan”, hal. 69, Rajawali Pers
[4] . Hasbullah, “dasar-dasar Pendidikan”, hal. 71, Rajawali Pers
[5] Hasbullah, “dasar-dasar Pendidikan”, hal. 72, Rajawali Pers
[6] . Hasbullah, “dasar-dasar Pendidikan”, hal. 73, Rajawali Pers
[7] . H. Fuad Ihsan, “Dasar-dasar Kependidikan”, hal. 51, Rineka Cipta
[8] . Ibid., hal. 52.
[9] . Ibid., hal. 53
[10] . Zahra Idris, “Dasar-dasar Ilmu Pendidikan” hal. Angkasa
[11] . Ibid

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda